Lagi, Tentang Cinta..

Rasanya hatiku tabu kalau tidak bilang.
Kau tahu tidak,
Aku pernah berjanji kalau hatiku ya punyaku sendiri
Aku terpaut pada sebuah rasa egois,
bahwa aku tidak akan pernah lagi membagi sebuah perasaan terhadap garis tipis
yang dibilang orang itu kasih dan cinta
Jos, aku tak pernah mau tahu kekuatan itu
Tapi kau membuat semua janji dan rasa egoisku melebur
Dan bila aku menahan, maka hatiku berontak
Terima kasih Jos, kau membuat aku melepas janjiku sendiri
Bahkan ketika begitu banyak upaya kuupayakan untuk tidak mau tahu hal itu, wajahmu bikin aku menitik
Jos, terima kasih
Terima kasih, karena sudah memberi tahu aku melalui dekikmu dan gemingan senyummu
Bahwa bicara tentang cinta akan selalu hambar kalau kita menolak untuk merasakannya
Bahwa cinta untuk dirasa bukan dikata
Bahwa saya masih hidup karena jatuh cinta
Bahwa saya merasakan perasaan ini lagi, Jos


Saya ketemu sama laki-laki satu ini waktu acara pembinaan mahasiswa baru di kampus saya.
Sejak dua tahun lalu, setelah putus dengan seseorang berinisial "E" itu, saya nggak pernah lagi belajar untuk memakai hati saya lagi. Saya banyak bermain, banyak menghabiskan waktu bareng sahabat-sahabat saya, teman-teman dan tentu saja buku-buku pelajaran.
Saya nggak pernah tahu lagi suka seseorang, jatuh cinta, naksir seorang cowok, punya gebetan, NO! Sampai saya bertemu dengan laki-laki berkacamata-mirip-afgan ini.

Mari kita samarkan namanya menjadi Ojos.
Ya, si Ojos ini bukanlah kakak kelas saya di Fakultas Ilmu Budaya tapi dia adalah satu anak di Fakultas Kedokteran, tepatnya di angkatan 2009.
Waktu saya dapat pembinaan di fakultas dia, dia adalah salah satu panitia plus menjadi penanggung jawab buat anak-anak beragama Kristen disana ketika acara pembinaan itu.
Saya justru awalnya suka sama temen dia, tapi kayanya yang namanya malaikat-bersayap-sambil-memegang-panah itu salah tembak. Nancepnya di Ojos.
Sama seperti biasa, saya nggak ngobrol sama dia, nggak coba ajak ngomong atau kenalan. See? Itulah kebodohan saya dari dulu!
Sekarang, saya cuma bisa berharap pada suatu kata. SEMOGA.
Semoga dia baca cerita saya ini, penasaran dan mencari saya.
Semoga saya ketemu dia pas nanti latihan paduan suara di fakultas dia.
Semoga ketemu dia yang ban kendaraannya lagi bocor di depan kampus saya.
Semoga saya punya kesempatan buat ngajak dia ngobrol.
Semoga kalimat-kalimat "semoga" saya diatas didengar dan dikabulkan Tuhan.

Comments

Post a Comment