Catatan Pendek: Vickinisasi

"Bahwasanya bahwa saat ini saya menolak untuk dijenguk oleh siapa pun tanpa terkecuali sampai saya dapat mengendalikan suasana hati baik jasmani maupun rohani. Demikian surat ini dibuat agar dapat termaklumi pada umumnya dan mendapatkan kebijakan dari siapa pun yang terkait. Terima kasih," tulis Vicky. (Surat Vicky dalam tahanan, sumber: Tempo.co)

Hampir seminggu ini, saya melihat berita mengenai kelucuan sebuah wawancara wara-wiri di televisi. Saya sempat melihatnya di Youtube menjadi video yang penontonnya lumayan banyak. Sayang, dikarenakan koneksi internet yang mengalami sedikit gangguan akhirnya saya mengurungkan niat untuk menonton video tersebut. Tak lama kemudian video tersebut diputar sore harinya ketika saya menyalakan televisi. Saya sendiri menonton hingga terbahak, siapa yang tidak tertawa melihat seseorang berbicara dengan kata-kata yang 'dianggap' sulit di depan media agar terlihat intelek? Ternyata hal itu justru membuatnya terlihat bodoh dan menjadi lelucon publik. 

Berhari-hari, hal ini menjadi sebuah becandaan yang dilakukan oleh teman-teman saya di kampus. Kata-kata harmonisisasi, kontroversi hati, konspirasi kemakmuran, serta kosakata Vickinisasi lainnya menjadi hal yang tidak lagi asing di telinga. Lucu? Ya. Kasihan? Ya. Hingga suatu hari ketika sedang naik motor menuju kampus, di pikiran saya terbersit: Vicky mungkin salah satu orang Indonesia yang belum mampu menggunakan bahasa negerinya sendiri dengan baik dan benar. Lantas, masihkah ada yang meremehkan orang-orang yang belajar bahasa dan sastra negerinya sendiri? 

Comments