Zaman, Zaman

Pertengahan 2010, pertama kalinya mendengarkan TTATW, saya menyukai cara mereka menuliskan lirik. Cara mereka mengolah lirik dengan arasemen yang tak biasa bagi saya adalah keistimewaan mereka. Nyawa pada setiap musik dan lirik yang luruh jadi satu memberikan nyawa pada tiap kata yang dituliskan. Pada pertengahan 2011, TTATW sudah mulai membawakan beberapa lagu baru yang secara sound berbeda dengan album pertama. Persalinan rupa ini membawa pertanyaan kapan TTATW akan mengeluarkan album kedua. TTATW memberikan jawaban di sekitaran 2013 akan muncul album kedua.

Pada 2012, TTATW mulai terlihat berani menunjukkan identitas berbeda. Musiknya menjelma menjadi berbeda. Banyak yang berpendapat, TTATW mulai terdengar post-rock dan ambient. Saat itu yang jelas terlihat adalah durasi lagu TTATW lebih panjang daripada biasanya. Yang lebih banyak ditanyakan adalah ketidakhadiran Iga di panggung. TTATW tidak pernah bicara banyak kemana Iga hingga akhirnya kini, kita semua tahu kemana Iga bermuara. Tahun 2012 merupakan tahun yang cukup klimaks bagi TTATW. Banyak pertanyaan yang bermunculan, kesimpulan yang diambil sendiri oleh pendengar. Hingga setelah menggelar tur Eropa, TTATW hampir tak terdengar suaranya.


Akhir bulan Agustus, TTATW secara mengejutkan mengumumkan kabar bahwa tanggal 16 September, album kedua mereka akan beredar di pasaran. Sebagai hidangan awal, track Zaman, Zaman—yang berjudul sama dengan album mereka—sudah bisa didengarkan lewat YouTube. Zaman, Zaman mengawali tracklist dengan sangat berani. Hening pada menit ketujuh yang cukup menipu, menggiring pada track yang sedikit cerah. Zaman, Zaman membuka dengan awalan yang cukup gelap menuju terang pada Empati Tamako. Menjadi track dengan menit paling panjang, Empati Tamako versi album nyatanya tak mengecewakan. Walaupun telah beberapa kali dibawakan di panggung, Empati Tamako diramu sangat baik di sini. Dengan tambahan noise yang mengiringi set drum panjang, Empati Tamako seakan memiliki ruh baru dan justru tak menjadi track panjang membosankan.

Setelah cukup ‘bising’ dengan Empati Tamako, The Trees & The Wild menenangkan telinga dengan piano yang lambat mengalun pada Srangan. Layaknya anti-klimaks, Srangan hanya diisi dengan vokal Tami dan piano minimalis. Meredam emosi pada lagu-lagu sebelumnya. Karena Srangan, pada track berikutnya, Monumen, TTATW masih menjaga tempo agar tidak terlalu emosional hingga lagu akhir. Saija adalah titik, tanda akhir album ini. Menjawab semua rasa penasaran, Saija pun berbeda dengan bayangan pendengar.

Zaman, Zaman merupakan ekspektasi TTATW dengan gaya musikaitas yang baru. Album yang paling ditunggu selama kurang lebih 7 tahun. Jika mengikuti perkembangan TTATW dari video-video di YouTube, penampilan mereka di sela-sela menggarap album, tentu harapan pendegar akan sangat besar. Fakta bahwa hanya ada 3 lagu yang sering mereka bawakan dari panggung ke panggung di labum baru, cukup membuat terkejut. Terutama Saija, beberapa aransemennya sudah tak terdengar sama. Beberapa bagian harus dibuang demi warna pada album. Bagaimanapun, melahirkan Zaman, Zaman terlihat membutuhkan upaya yang besar bagi TTATW. Identitas musik yang baru dan harapan pendengar yang sudah dipupuk adalah tantangan. Zaman, Zaman menjawab dengan lantang bahwa kesempurnaan membutuhkan waktu yang lama untuk berkembang. 

Comments